Penyakit lupus adalah penyakit autoimun yang menyerang
berbagai sistem organ tubuh seperti jaringan kulit, otot,
tulang, ginjal, sistem saraf, sistem kardiovaskuler, paru-paru, lapisan pada
paru-paru, hati, sistem pencernaan, mata, otak, maupun pembuluh darah dan
sel-sel darah. Sama seperti
AIDS penyakit lupus belum bisa disembuhkan. Wanita yang semula berparas cantik bisa
kehilangan kecantikannya.
Gejala penyakit lupus :
- Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang.
- Terdapat ruam merah pada area pipi dibawah mata, yang disebut denga ruam kupu-kupu karena menyerupai bentuk sayap kupu-kupu.
- Di bagian tubuh lain muncul bercak-bercak merah menyerupai cakram.
- Merasa lebih gampang lelah, rambut rontok, sering demam, sering sariawan, kencing mengandung protein, serta mengalami fotosensitif,
- Fotosensitif adalah kondisi di mana seseorang sangat peka terhadap sinar matahari. Bila terkena sinar matahari kulit akan menjadi merah, sangat letih, tubuh tidak nyaman dan tidak enak.
- Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh penyakit ini
- Penyakit otoimun kronis yang bisa menyebabkan peradangan di berbagai bagian tubuh, khususnya pada kulit, persendian, darah, dan ginjal.
Penyebab lupus belum diketahui
dengan pasti. Selain faktor keturunan, faktor lingkungan seperti infeksi virus,
cahaya matahari , dan obat-obatan, diduga ikut berperan dalam timbulnya gejala.
Ada 10% penderita lupus memiliki keluarga dekat yang telah atau memiliki
kemungkinan menderita lupus. Statistik juga menunjukkan, ada 5% anak yang
dilahirkan odapus bakal memiliki kemungkinan menderita penyakit ini. Meski
lebih sering menyerang kaum wanita, terutama yang berusia dua puluhan tahun,
"Tapi pria kemungkinan juga bisa terkena lupus,perbandingannya
sekitar pada usia subur perbandingan
wanita dan pria penderita lupus 10 : 1 . Penyakit autoimun ini
memang lebih sering menyerang perempuan, akibat dengan perubahan hormon
estrogen yang memicu respon imun. Oleh
sebab itu, autoimun perempuan cepat tercetus karena kadar hormon estrogen yang
terlalu tinggi, dan ini banyak menyerang perempuan di usia produktif
Tingkat keganasan lupus juga berbeda
menurut ras. Survai di AS menunjukkan, di antara 2.000 penduduk kulit putih
ditemukan satu penderita. Sedangkan pada penduduk berkulit hitam dan keturunan Asia,
frekuensinya lebih tinggi.
Penyakit lupus dengan nama ilmiahnya
lupus eritematosus sistemik (LES). Sedangkan penderitanya akrab disebut
"odapus", = orang dengan lupus.
Penyakit lupus dibedakan jadi
tiga tipe:
1. Lupus yang menyerang
kulit (discoid lupus).
2. Lupus yang
menyerang sistem dalam tubuh, termasuk persendian dan ginjal (systemic lupus).
3. Lupus akibat
pemakaian obat tertentu.
Dari ketiganya, discoid lupus paling
sering menyerang. Namun, systemic lupus selalu lebih berat dibandingkan dengan
discoid lupus, dan dapat menyerang organ atau sistem tubuh. Pada beberapa
orang, cuma kulit dan persendian yang diserang. Meskipun begitu, pada orang
lain bisa merusak persendian, paru-paru, ginjal, darah, organ atau jaringan
lain. Sedangkan lupus akibat pemakaian obat umumnya berkaitan dengan pemakaian
obat hydralazine (obat hipertensi) dan procainamide (untuk mengobati detak
jantung yang tidak teratur). Hanya saja, cuma 4% dari orang yang mengkonsumsi
obat-obat itu yang bakal membentuk antibodi penyebab lupus. Dari 4% itu pun
sedikit sekali yang kemudian menderita lupus. Sampai sekarang, penyakit
ini belum bisa disembuhkan atau dicegah. Yang bisa baru sebatas menghilangkan
gejalanya. Caranya dengan mengkonsumsi obat-obatan seumur hidup, menjalani pola
hidup tertentu, dan menghindari stres.
Sistem kekebalan tubuh jadi liar
Lupus sebenarnya telah dikenal lebih kurang seabad lalu. Mula-mula lupus kala
itu dikira akibat gigitan anjing hutan. Dugaan itulah yang menyebabkan penyakit
ini kemudian disebut lupus yang berarti anjing hutan dalam bahasa Latin. Dalam
perkembangan selanjutnya, lupus menyebar ke seluruh organ di dalam tubuh. Maka
muncullah sebutan LES itu.
Lupus diketahui sebagai penyakit
otoimun, penyakit yang muncul lantaran sistem kekebalan tubuh bereaksi
berlebihan, yang justru mengganggu kesehatan tubuh. Di dalam tubuh manusia
selalu ada sistem kekebalan tubuh, yang terdiri atas zat anti dan sel darah
putih. Sistem imun ini bertugas melindungi tubuh manusia dari serangan antigen
(musuh berupa bakteri, virus, mikroba lain). Pada lupus, oleh sebab yang belum
diketahui, zat anti dan sel darah putih tadi justru menjadi liar dan menyerang
tubuh yang seharusnya dilindungi. Akibatnya, organ-organ tubuh menjadi rusak
dan gejala lupus pun muncul.
Perusakan jaringan tadi terjadi
dengan dua cara. Zat anti langsung menyerang sel jaringan tubuh. Atau, zat itu
masuk aliran darah dan bertemu antigen, lalu berkoalisi membentuk kompleks
imun. Kompleks ini tetap ikut aliran darah sebelum tersangkut di pembuluh darah
kapiler organ tertentu. Dalam keadaan normal, kompleks ini akan dieliminasi
oleh sel-sel radang.
Sebaliknya, dalam keadaan tidak
normal kompleks itu tidak dapat dihilangkan dengan baik dan sel-sel radang
sebaliknya malah bertambah banyak sambil mengeluarkan enzim yang menimbulkan
peradangan. Bila peradangan berlanjut, organ tubuh akan rusak, fungsinya
terganggu sehingga menimbulkan gejala penyakit. Diduga, sinar matahari maupun
hormon estrogen mempermudah terjadinya reaksi otoimun.
Positif lupus, Empat kriteria
Gejala penyakit ini dibedakan atas gejala umum dan gejala pada organ tertentu.
Gejala umum yang sering ditemukan di antaranya, penderita sering merasa lemah,
kelelahan berlebihan, demam, dan pegal-pegal. Gejala ini muncul ketika lupus
sedang aktif dan menghilang ketika tidak aktif.
Organ-organ tubuh yang biasanya
menunjukkan adanya lupus sangat banyak, dari kulit, ginjal, jantung, hingga
otak. Pada kulit gejalanya berupa ruam merah berbentuk mirip kupu-kupu di kedua
pipi. Di bagian tubuh lainnya terdapat bercak merah berbentuk cakram dan
terkadang bersisik. Kerontokan rambut dan sariawan merupakan gejala lain pada kulit.
Kalau dilihat secara utuh, penderita lupus dengan gejala-gejala tadi akan
tampak mirip monster.
Pada dada timbul rasa sakit yang
menimbulkan gangguan pernapasan. Bila jantung atau paru-paru terserang,
penderita akan merasakan jantung berdebar atau sesak napas. Bila jantung
mengalami kelainan lanjutan, kaki menjadi bengkak. Pada sistem otot gejala yang
dirasakan penderita adalah rasa lemah atau sakit di otot. Pada pesendian akan
dirasakan sakit, baik dengan ataupun tanpa pembengkakan dan kemerahan. Pada darah
terjadi penurunan jumlah sel darah merah, putih, dan sel pengatur pembekuan
darah.
Sedang pada saluran pencernaan
muncul gejala sakit perut, mual, muntah, diare, atau sukar buang air besar.
Pada ginjal terjadi gangguan fungsi yang mengakibatkan tidak dapat
dikeluarkannya racun hasil metabolisme dan banyaknya kandungan protein dalam
urine. Pada sistem saraf timbul gangguan pada otak, saraf sumsum tulang
belakang dan saraf tepi, yang mengakibatkan pusing atau kejang. Bahkan, bisa
sampai menimbulkan stroke dan gangguan jiwa, meskipun ini jarang terjadi.
Menurut dr. Heru, pada 1971 untuk
bisa menentukan seseorang terserang lupus setidaknya diperlukan 14 kriteria.
Pada 1982 kriteria itu menjadi 11. Sekarang, diperlukan hanya empat kriteria.
"Tapi bukan berarti kalau ada tiga kriteria bukan lupus. Tiga kriteria
saja sudah bisa menunjukkan kemungkinan adanya penyakit lupus," tambah dr.
Heru. Bahkan, bila menunjukkan gejala pada dua atau lebih organ atau sistem
tadi, seseorang harus diwaspadai menderita lupus.
Gejala lupus sering menyerupai
penyakit lain, sehingga penyakit ini sering dijuluki Si Peniru Ulung.
"Karena itu kita harus hati-hati dalam menginterprestasikan hasil
pemeriksaan," jelas dr. Heru. Bisa saja dokter menduga pasiennya terserang
sifilis, batu ginjal, atau rematik, seperti yang dialami Tiara Savitri,
penderita lupus yang kini menjadi Ketua Yayasan Lupus Indonesia. Bahkan,
menurut Robert, tidak akan ada dua penderita systemic lupus memiliki gejala
yang sama. "Tipu daya" macam itu tidak jarang menyebabkan dokter
maupun penderita frustasi akibat penyakitnya tak kunjung membaik.
Untuk mendiagnosis penyakit ini
dengan pasti diperlukan pemeriksaan darah atau biopsi kulit. Keduanya untuk
memeriksa antibodi-antibodi yang muncul ketika lupus sedang aktif.
Hamil boleh, tapi direncanakan
Meski masih belum bisa disembuhkan, odapus tetap bisa mendapatkan pengobatan
agar bisa hidup lebih lama seperti orang sehat. Pengobatan ditujukan untuk
menghilangkan gejala lupus yang ada. Pengobatan juga perlu didukung perubahan
pola hidup, pengendalian emosi, pemakaian obat secara tepat, dan pengaturan
gizi seimbang.
Menurut dr. Harry Isbagyo, SpPD, KR,
dari Sub Bagian Reumatologi, Bagian Penyakit Dalam, FKUI/RSCM, dalam proses
pengobatan pasien mesti dievaluasi minimal tiga bulan sekali, tergantung status
kesehatannya. Tujuannya, mengevaluasi aktivitas penyakit dan menentukan
pengobatan selanjutnya. "Penyakit ini berlangsung lama, bisa
bertahun-tahun. Jadi harus sabar dalam menjalani pengobatan," jelas dr. Harry.
Penderita memerlukan program
pengaturan lama beraktivitas dan lama tidur. Menurut dr. Harry, bagi odapus,
kecapekan dan stres berat merupakan penyebab tercetusnya gejala lupus. Karena
itu, hidup teratur merupakan keharusan. "Olahraga juga boleh. Tapi jangan
dipaksakan, misalnya jangan dilakukan pada siang hari saat matahari sudah
kuat," tambah dr. Heru.
Meski tidak semua odapus sensitif
terhadap sinar matahari, mereka dianjurkan menghindari paparan sinar matahari
secara langsung untuk waktu lama karena kekambuhan penyakit sering terjadi
setelah terpapar sinar ultraviolet. Dr. Heru menganjurkan penderita keluar
rumah hanya sebelum pukul 09.00 atau sesudah pukul 16.00. Ketika keluar rumah,
penderita memakai sun block atau sun screen (pelindung kulit dari sengatan sinar
matahari) pada bagian kulit yang akan terpapar. Dr. Harry juga menyarankan
penderita mengenakan pakaian yang tepat.
Menurut dr. Harry, penderita perlu
segera mencari pertolongan medis bila timbul gejala panas tanpa diketahui
penyebabnya. Bila hendak mendapat berbagai tindakan medik, macam pengobatan
gigi, tindakan terhadap saluran kemih dan kandungan, atau tidakan bedah
lainnya, penderita perlu berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan
antibiotika pencegahan. Bila penderita terserang pada organ utama, seperti
ginjal, paru, jantung, dsb., penyakitnya sedang aktif, atau dalam pengobatan
dengan obat-obatan imunsurpresif, dia sebaiknya dicegah dari kehamilan.
"Penderita yang penyakitnya
sedang aktif, jarang sekali bisa hamil. Kalaupun bisa hamil biasanya akan
menimbulkan keguguran. Karena itu, kalau berhasil hamil sebaiknya penyakitnya
selalu dikontrol," tegas dr. Harry. Namun dokter ini juga mengingatkan
bahwa yang terbaik adalah kehamilan terencana. Artinya, selama penyakitnya
aktif, kehamilan dihindarkan dan pengobatan dilakukan secara intensif. Odapus
dianjurkan menghindari kontrasepsi yang mengandung estrogen. Setelah
penyakitnya teratasi, barulah merencanakan kehamilan.
Dalam pengobatan lupus, ada dua
kategori obat yang digunakan, yakni golongan kortikosteroid dan golongan selain
kortikosteroid. Golongan kortikosteroid merupakan obat utama penyakit lupus.
Untuk kelainan kulit diberikan dalam bentuk topikal (salep, krem, atau cairan).
Untuk lupus ringan digunakan kortikosteroid dalam bentuk tablet dosis rendah.
Bila lupus sudah dalam kondisi berat, digunakan kortikosteroid dalam bentuk
tablet atau suntikan dosis tinggi. "Kalau sudah menyerang otak, misalnya,
dosisnya bisa sampai 1.000 mg per hari," jelas dr. Harry. Setelah
kondisinya teratasi, dosis diturunkan sampai dosis terendah yang dapat mencegah
kambuhnya penyakit.
Obat golongan bukan kortikosteroid
biasanya merupakan pelengkap obat kortikosteroid. Di antara obat golongan ini
adalah antiinflamasi nonsteroid (OAINS) untuk mengatasi keluhan nyeri dan
bengkak sendi; obat antimalaria (kloroquin/resochin, dihidroksi kloroquin/plaquenil)
untuk mengatasi gejala penyakit pada kulit, rambut, nyeri otot dan sendi,
bahkan untuk odapus dengan gejala ringan; dan obat imunosupresif macam
siklofostamid untuk kondisi yang disertai gangguan ginjal, azatioprin yang
merupakan obat pendamping kortikosteroid agar kebutuhan kortikosteroid dapat
dikurangi, dan klorambusil.
Penggunaan obat-obat tadi mesti
dengan pertimbangan matang mengingat efek sampingan yang ditimbulkan. Obat
kortikosteroid, misalnya, bisa memberi efek sampingan berupa wajah membulat
(moonface), penyakit cushing, osteoporosis, diabetes melitus, hipertensi,
gangguan lambung, dsb. OAINS menimbulkan gangguan lambung, ginjal, darah, dsb.
Obat antimalaria memberi dampak gangguan penglihatan akibat deposit di kornea
mata dan retinopati. Sedangkan imunosupresif memberi efek sampingan berupa mual
atau muntah, gangguan darah, ginjal, dan mudah terkena infeksi.
Meski efek sampingan tak dapat
dihindarkan (yang bisa hanya mengurangi), pengobatan mesti dilakukan.
"Pencegahan penyakit ini belum bisa dilakukan karena penyebab pastinya
saja belum diketahui," ungkap dr. Heru. Meski begitu, kalau sudah positif
terkena lupus, segala upaya mesti tetap dilakukan agar penderita bisa menikmati
hidup dengan baik. "Odapus bisa bertahan lebih lama dengan penggunaan obat
secara terkontrol," tegas dr. Harry. "Yang penting adalah dosisnya.
Dosis dipilih seringan mungkin," tambahnya. Kini, angka harapan hidup
penderita lupus sudah termasuk sangat tinggi. Di AS dan Eropa, kalau pada tahun
1955 harapan hidup penderita lupus dalam waktu lima tahun kurang dari 50%, maka
pada tahun 1991 telah mencapai 89 - 97%. Bahkan, harapan hidup 10 tahun telah
mencapai 83 - 93%. Semuanya lantaran adanya cara-cara diagnosis lebih dini dan
metode pengobatan lebih baik.
Judul: Penyakit Lupus Eritematosus Sistemik : Gejala, Penyebab dan Macam Macamnya
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh 9:38 PM
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh 9:38 PM
Terimakasih atas informasi tentang penyakit lupusnya sangat memberikan informasi bagi banyak orang
ReplyDelete
ReplyDeletewihh nice info
kunjung balik, di web kami banyak penawaran dan tips tentang kesehatan
Ada artikel menarik tentang obat tradisional yang mampu menyembuhkan penyakit berat, cek yuk
Pengobatan Lupus